Sabtu, 22 Desember 2012

Mendidik Anak Usia Balita

Anak merupakan anugrah Tuhan yang tak ternilai harganya. Ia tak dapat digantikan dengan apapun yang ada didunia ini. Ia merupakan permata hati dan obat pelipur lara. Ia merupakan ladang ibadah untuk bekal kita diakhirat. Jadi sudah sepatutnyalah kita sebagai orang tua menjaga dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Mendidik anak bukan semata-mana menyerahkannya kepada tenaga guru tempat anak menimba ilmu, namun kitalah selaku orang tua yang seharusnya menjadi peletak dasar norma-norma yang ada.  

Mendidik merupakan membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Dari pengertian ini terdapat kata mendidik dan kedewasaan. Dimana membimbing ini merupakan suatu proses untuk membantu anak mengenal dirinya sendiri dan dunianya. Orang tua hanya mendampingi, dimana pada saat tertentu anak harus dilepas, diberikan kebebasan dan kesempatan untuk berdiri sendiri. OLeh karena itu ketika anak telah dewasa, maka orang tua tidak perlu mendidik lagi, karena anak telah dapat memikul tanggung jawabnya sendiri dan telah dapat berdiri sendiri serta sudah saatnya selaku orang tua melepaskannya.

Kedewasaan dapat diartikan menjadi beberapa rumusan, yaitu:
  • Dewasa menurut fisik atau biologis.
Seseorang dikatakan telah dewasa bila: 
  1. Seorang wanita telah dapat memprosuksi sel telur (ovum), dimana hal ini dapat ditandai dengan wanita tersebut telah mendapatkan menstruasi (haid).
  2. Seorang pria telah memproduksi sel mani (sperma), hal ini dapat ditandai dengan mimpi basah. 
  • Dewasa menurut psikologis (kejiwaan).
Menurut ilmu psikologi, seseorang dapat dikatakan dewasa apabila fungsi-fungsi psikisnya telah berkembang dan berintegrasi. 
Dengan kata lain seseorang dikatakan dewasa bila ia telah dapat berpikir dengan pikiran atau pola pikirnya telah tepat, dapat mengatur kemauannya, dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan, sudah dapat mengendalikan emosi, dan sudah dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan.
  • Dewasa menurut hukum.
Menurut hukum seseorang dapat dikatakan dewasa bila ia telah menenuhi persyaratan suatu hukum yang berlaku, misalnya seseorang telah wajib memiliki KTP bila ia telah berumur 17 tahun.
  • Dewasa menurut ilmu pedagogik (ilmu mendidik).
          Individu dapat dikatakan dewasa apabila:
  • Sudah dapat bertanggung jawab.
Dalam ilmu pedagogik, ciri-ciri kedewasaan yang terpenting adalah bertanggung jawab. Bertanggung jawab disini adalah suatu keadaan dimana semua tindakan atau perbuatan atau sikap merupakan penjelasan dari nilai-nilai luhur kesusilaan dan atau keagamaan.
Contohnya:
Aminah bekerja di perusaan batu baru sebagai seorang staff hrd. Setiap hari ia selalu datang sebelum jam masuk kantor dan pulang setelah jam kantor. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, cepat, penuh inisiatif, dan penuh tanggung jawab.
  • Sudah menjadi anggota masyarakat yang membangun.
  • Dari segi fisik telah menunjukan suatu bentuk manusia tertentu, misalnya sudah ada bulu-bulu halus diatas mulut untuk anak laki-laki
  • Sudah berdiri sendiri baik secara moril maupun materil, contohnya dapat bekerja dan tidak lagi mengandalkan orang tua untuk keperluannya sehari-hari.
  • Dari segi kerohanian telah merupakan integritas nilai sikap yang religius dan bersosila, misalnya tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas didepan umum.
  • Sudah dapat mengambil keputusan sendiri berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan kesosilaan.
Mendidik anak sebaiknya dilakukan semenjak anak sudah dalam kandungan, seperti mengajaknya berbicara,. bercerita, latihan sederhana dengan irama gendrang, memperkenalkannya angka-angka, dan memperkenalkan suara ayah dan ibunya. Bahkan dalam islam  pola-pola pendidikan ini sudah harus diterapkan sebelum anak itu ada, seperti membaca doa sebelum bersenggapa dimana hal ini bertujan antara lain agar anak yang nantinya dikandung dan dilahirkan menjadi anak yang sholeh ataupun sholeha.

Setelah seorang anak dilahirkan tugas kita sebagai orang tua dalam mendidik tidak berhenti begitu saja, ada beberapa upaya yang seharusnya dilakukan untuk mendidik sang buah hati diusia balita, antara lain:
 
  • Luangkan waktu khusus untuk bercengrama dan bermain dengan anak, hal ini bertujuan untuk membangun kasih sayang dan keakraban antara orang tua dan anak.
  • Dalam banyak hal, kita selaku orang tua harus mampu menjadi guru yang patut ditiru dan menjadi panutan untuk anak kita dan menghindari prilaku yang tidak baik dihadapan anak, misalnya selalu berprilaku dan berpenampilan yang sopan baik ketika berada di dalam rumah maupun diluar rumah, tidak mengucapkan kata-kata kasar dan jorok dihadapan anak, dan sebagainya. 
  • Bila anak melakukan kesalahan atau merusakan barang-barang maka jangan langsung membentaknya atau berprilaku kasar, namun ajarkan apa yang seharusnya ia lakukan dan yang terpenting adalah menimbulkan rasa segan bukan takut kepada orang tua.
  • Ketika anak sedang menangis, jangan mendiamkannya dengan cara menakut-nakuti karena hal ini dapat menumbuhkan rasa takut dalam diri anak (menjadi penakut).
  • Anak sebaiknya tidak menyusu lebih dari dua tahun, hal ini bertujuan agar anak tidak menjadi anak yang manja dan demi kesehatan anak itu sendiri.
  • Ketika anak hendak memulai sesuatu ajarkan anak untuk membaca doa, hal ini bertujuan agar ia senntiasa mengingat Tuhan, misalnya ketika kita memberi anak makan, sebaiknya kita membaca doa sedikit keras, selain itu ajarkan juga anak untuk makan makanannya sendiri hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajaknya makan bersama-sama agar ia tahu bagaimana cara makan yang baik dan mengurangi ketergantungannya untuk disuapi. 
  • Apabila hendak menidurkan anak ada baiknya kita mendongengkannya, adapun topik yang dapat kita ambil misalnya tentang sikap kepahlawanan, tentang kisah keagamaan, sikap saling tolong- menolong, kisah tentang sopan- santun, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan anak akan hal-hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, menjalin komunikasi antara orang tua dan anak, memperkaya kosakata pada anak, dan lain sebagainya.
  • Ketika anak telah mampu berbicara maka ajarkan anak beberapa kata agar ia mampu mengucapkannya, misalnya mama, papah, nenek, kakek, kakak, adik, teman, pepaya, pisang, sayur, ikan, ayam, makan, minum, mandi, pipis, tidur, bangun, gelap, terang, Tuhan, shalat, dan kata-kata sederhana lainnya yang biasa dipergunakan dalam keseharian anak.
  • Ketika anak sudah mulai dan mampu berjalan maka ketika kita melihatnya terjatuh kita tidak perlu terburu-buru menolongnya hal ini bertujuan agar ia mampu berdiri sendiri ketika ia terjatuh. 
  • Hindari memakaikan pakaian maupun aksesoris yang berlawanan dengan jenis kelamin anak, hal ini untuk mengajarkan anak akan identitas dirinya dan menghindarkan ia dari penyimpangan kejiwaan.
  • Jika anak sudah mulai ingin menulis maka siapkan alat-alatnya, namun bila anak menulis ditembok maka kita selaku orang tua sebaiknya jangan memarahinya karena hal ini dapat menghambat kreativitasnya, namun menurut saya anak cukup diarahkan agar menulis di kertas atau berikan papan tulis agar anak tidak terbiasa mencoret-coret tembok.
  • Berikan gambar-gambar menarik yang dapat merangsang anak untuk bertanya dan mengetahui tentang gambar tersebut, misalnya gambar hewan, angka, pemandangan, anggota tubuh, huruf, dan sebagainya.  
  • Biasakan anak untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan usianya, jenis kelamin, pembawaan, dan tingkat perkembangan anak, hal ini bertujuan untuk membuat anak merasakan kedinamisan dalam hidupnya dan merangsang kreativitasnya dengan begitu pertumbuhan dan perkembangannya dapat selalu terbina dan terarah.
  • Tidak memanjakannya secara berlebihan, misalnya jika anak kita meminta dibelikan sesuatu jangan langsung memberikannya coba lihat dulu apa barang itu berguna atau tidak atau barang ia inginkan sama seperti yang telah ada di rumah atau tidak.   
  • Apabila kita hendak membelikannya mainan maka ada baiknya kita membelikan mainan yang mampu merangsang perkembangan motorik, moral, sosial, maupun kognitifnya, misalnya buku mengenai hewan yang bukan hanya menampilkan gambar hewannya saja tapi juga dapat mengeluarkan suara bila gambar hewan itu ia pencet. Atau dapat juga memberikannya mainan yang digantung dan dapat berputar dan mengeluarkan bunyi.   
  • Latih anak untuk berdisiplin dan menjaga kebersihan dengan cara misalnya mengambil dan merapihkan kembali mainanya sendiri, melepas sepat atau sendal ketika hendak memasuki rumah, mencuci kaki ketika akan tidur dan sebagainya.
  • Ajarkan anak untuk bersifat dermawan dan saling berbagi, misalnya dengan meminjamkan mainannya bila ada temannya hendak memegangnya dan memainkannya, memberikan makanan atau uang kepada pengemis, dan sebagainya.
  • Sebagai orang tua sebaiknya selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak kita, agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat terkendali, dan apabila terjadi penyimpangan dan kekurangan dalam hal tersebut kita bisa langsung menanganinya.

Daftar pustaka:
Syafei, Drs. M. sahlan. 2002. Bagai Mana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pembahasan yang terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2013/01/mendidik-anak-usia-tk.html




2 komentar:

  1. bagaimana untuk menjadi ibu yang sabar dalam mendidik anak usia dini agar anak kelak menjadi seperti apa yang kita harapkan???

    tyas umsini tarbiyah FIAI UII

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mba tyas...

      Terima kasih atas pertanyaannya yang sangat bagus.
      Terus terang sebenarnya saya juga bukan orang yang sabar dalam menghadapi tingkah laku anak saya yang terkadang susah dibilangin dan sulit untuk makan terlebih bila saya sedang lelah,bilapun saya marah sebisa mungkin saya berpikir bahwa ia masihlah seorang anak dengan tingkah laku anak-anaknya,dia tidak mengerti dan tidak berdaya.

      Selain itu, untuk meminimalisirkan perasaan kesal saya biasanya menghela nafas, shalat, memeluk, menciumnya, dan bilang bahwa saya sayang padanya.

      Dan untuk menjadi apa yang kita harapkan, ada baiknya kita melhat perkembangan, potensi, dan tugas-tugas apa yang seharusnya sudah dapat ia kuasai di usianya agar ia dapat melampaui tugas perkembangan di tahap berikutnya hal ini juga telah saya paparkan di pola mengasuh anak sejak umur 1,5 -3 tahun, Perkembangan manusia (Periode Prenatal - Old Age), Tugas-tugas Perkembangan Menurut Havighurst.

      Selain itu selaku orang tua, kita hanya bertugas membimbing, menggali, dan mengarahkan anak akan potensi yang ia miliki bukan memaksakan apa yang kita harapkan dari dirinya.

      Mungkin ini saja yang dapat saya jelaskan, bila ada tanggapan lain tolong beri komentar agar diskusi ini dapat berkembang dan hidup...

      Terimakasih..
      Ratu Nisa Indriasari

      Hapus

Entri Populer