Selasa, 15 Januari 2013

Mendidik Anak Usia TK

Pada periode dalam kandungan hingga usia balita, pendidikan biasanya bertumpu pada orang tua hingga saatnya anak memasuki bangku sekolah TK dimana sang anak biasanya berusia 4- 5 tahun  maka sumber pendidikan kini juga diperoleh anak dari guru-gurunya.

Dengan telah bersekolahnya anak maka banyak perubahan positif yang berkembang pada diri anak, antara lain semakin mengantarkan anak untuk lebih luas bergerak di luar rumahnya, anak banyak memiliki teman baru yang seusia dengan dirinya, memiliki pengetahuan baru yang mungkin belum diterima anak dari orang tua, dan sebagainya.

Oleh karena itu, selaku orang tua ada baiknya mempersiapkan diri untuk mengikuti perubahan yang dialami oleh anak karena tidak memungkinkan adanya berubahan positif  juga dapat diiringi oleh berbagai masalah. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anak usia TK:
  • Karena anak kini telah bersekolah maka ada baiknya orang tua memberi pemahaman terhadap anak untuk tidur dan bangun pada jam-jam yang telah ditentukan, hal ini bertujuan untuk menerapkan kedisplinan dan agar anak lebih menghargai waktu. Misalnya:
Menyuruh anak untuk tidur malam tidak lebih dari jam 21.00 WIB dan sudah harus bangun paling lama jam 06.30WIB karena sudah harus sekolah jam 08.00 WIB.
  • Ketika anak telah mampu memakai pakaian dan mengemasi perlengkapan sekolahnya sendiri maka ada baiknya orang tua menyuruh anak belajar melakukannya sendiri sebatas yang ia bisa. Hal ini dapat menimbulkan jiwa kemandirian mada anak.
  • Agar anak tidak tergantung pada orang lain dan melatih keberanian anak, maka ada baiknya hanya mengantar dan menjembut anak pada awal-awal anak mulai bersekolah. Namun bila dirasa perlu (misalnya jarak rumah dengan sekolah yang jauh dan tidak aman karena banyak kendaraan bermotor ataupun mobil) untuk mengantar dan menjemputnya setiap hari maka kita tidak perlu menunggunya hingga selesai belajar.
  • Jika kita menggunakan kendaraan pribadi untuk mengantar jemput anak, ada baiknya kita mengajak temannya untuk pergi bersama dan bila perlu mengantarkan anak tersebut terlebih dahulu untuk pulang. Hal ini bertujuan selain meningkatkan keakraban anak tetapi juga dapat menumbuhkan sikap kedermawanan dan kesetiakawanan pada diri anak.
  • Pantau perkembangan dan hasil belajarnya. Dibidang apa kelebihan anak dan dibidang mana ia memiliki kekurangan. Selain itu orang tua menurut saya, harus bisa berkordinasi dengan guru mereka akan perkembangan anak di sekolah, bagaimana prilakunya ketika ia belajar, bagaimana hubungan ia dengan kawan-kawannya, bagaimana perkembangan belajarnya dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengambil sikap dan tindakan yang tepat terhadap kekurangan dan kelebihan si anak. 
  • Bila anak memiliki tugas di rumah dari guru maka ada baiknya kita hanya membimbingnya tanpa perlu membantu mengerjakan seluruhnya. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak akan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung pada orang lain.
  • Berikan pujian atau penghargaan apabila anak mendapatkan prestasi di sekolahnya, misalnya dengan memberikan ia buku gambar dan kerayonnya atau dapat juga mengatakan anak pintar dan berikan pelukan kasih sayang padanya. Hal ini selain dapat memberikan kepuasaan tersendiri pada anak tapi juga dapat memacu anak agar ia dapat lebih sungguh-sungguh belajar.
  • Untuk mengetes daya ingat anak akan pelajaran yang telah diajarkan, maka ada baiknya kita bertanya akan pelajaran yang telah dijarkan disekolah. Contohnya:
"Tadi di sekolah belajar apa nak? " tanya mamah
"Belajar tambah-tambahan mah." jawab anak
"Bisa diulang lagi yang tadi nak? tanya mamah
"Bisa dong, 1 + 1 = 2, 2 + 1 = 3..." jawab anak
"Pinter...." jawab mamah 
  • Pada masa-masa ini biasanya pengaruh guru lebih kuat dari pada kita, oleh karena itu bila kita hendak meningkatkan pendidikan pada anak maka ada baiknya tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan guru karena akan menyebabkan dualisme dan kebingungan pada diri anak. 
  • Untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan guru, kita dapat memberikan hadiah kepadanya melalui anak selama hadiah itu dalam bentuk yang wajar misalnya dengan memberikan tas kerja. Namun sesungguhnya seorang guru pasti akan melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa pambrih.
  • Ketika kita sedang mendidik anak maka ada baiknya kita memisahkan antara "aku" sebagai seorang guru dan "aku" sebagai orang tua. "aku" sebagai guru merupakan aku yang menempatkan norma-norma pendidikan yang berlaku, sedangkan "aku" sebagai orang tua adalah "aku" yang bisa saja berkuasa terhadap diri anak.   
  • Untuk menciptakan suasana pendidikan yang sama dengan di sekolah, maka ada baiknya kita membentuk suasana belajar yang formal baik itu teori pendidikan maupun sarana belajar. Misalnya ketika kita mengajarkan anak coba mengajar dengan menggunakan papan tulis kecil dan spidol yang digantung didinding. 
  • Bila anak kita tidak mengikuti pendidikan di TK, maka ada baiknya kita dapat memberikan pembelajaran yang sama seperti pendidikan yang diajarkan di TK. Dan agar anak tidak merasa sendiri kita dapat pula mengajarkan anak seusianya yang juga tidak bersekolah di TK untuk bersama-sama belajar dengan anak kita. Hal ini bertujuan agar anak tidak asing lagi dengan sekolah dasar nantinya. 
Hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan mengajarkan ia membaca dan menulis alfabet, mengajarkannya berhitung, menggambar, memperkenalkan beberapa nyanyian anak-anak maupun nasional, mengajarkan anak dasar-dasar keterampilan olah raga dan sebagainya.


Daftar pustaka:
Syafei, Drs. M. sahlan. 2002. Bagai Mana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.
 
Tautan yang terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/mendidik-anak-usia-balita.html 

2 komentar:

  1. setuju tentang kenyataan bahwa anak-anak lebih percaya pada gurunya ketimbang ortu.
    berdasar pengalaman saya kasih les pada anak, anak yang saya ajar pun lumayan banyak protes karena apa yang saya ajar, meskipun benar, kontra dengan yang diajarkan oleh ibu gurunya.
    so, memang pengaruh guru sangat kuat pada anak-anak. hal ini umum terjadi, bahkan saya sendiri hingga sekarang pun masih teringat2 apa yang guru saya ajarkan waktu SD.
    hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ia mas sigit, ketika saya menulis ini pun saya teringat masa kecil saya yang sering tidak setuju dengan yang ibu saya ajarkan kerika hal itu berbeda dengan apa yang telah guru ajarkan sebelumnya, ya walaupun pada dasarnya mungkin yang diajarkan tidak jauh berbeda caranya atau mungkin malah lebih benar.

      Tapi yang saya tahu waktu itu berbeda ya sama saja berbeda dan hal hasil jadi sering ribut deh kalau ibu mengajarkan.

      Mungkin intinya seperti yang saya tulis di atas jangan ada dualisme dalam mengajarkan anak agar tidak terjadi kebingungan pada diri anak. Kalaupun yang kita ajarkan berbeda coba bicarakan baik-baik dengan anak dan beri pandangan yang dapat di terima anak pada usianya. Karena pola pikir anak yang masih dalam tahapan pra-oprasional dan jauh berbeda dengan kita ya sudah sepantasnya pendekatannya berbeda pula.

      Salam kenal:
      Ratu Nisa Indriasari
      http://ratunisaindriasari.blogspot.com/

      Hapus

Entri Populer