Minggu, 11 Mei 2014

Upaya Meningkatkan Loyalitas Karyawan

Ratu Nisa Indriasari, S. Psi
Bekasi, 11 Mei 2014

Loyalitas karyawan merupakan salah satu unsur yang dapat menghidupkan ruh sebuah perusahaan. Sebesar apapun keinginan Owner memajukan ataupun mencari sebuah keuntungan dari bisnis yang dibangunnya jika tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya tidaklah mungkin seorang atau karyawan mau bekerja dengan segenap kemampuannya.

Apa saja sih kesejahteraan yang seharusnnya diperhatikan oleh seorang owner untuk meningkatkan loyalitas karyawannya? bisa dibilang tulisan ini saya buat dari beberapa masukan teman-teman dan pengalaman pribadi ketika saya bekerja diberbagai perusahaan, misalnya?

1. Gaji
    Gaji adalah unsur dasar yang harus diperhatikan oleh seorang owner atau pengusaha, karena tidak dapat dipungkiri jika kita menginginkan karyawan yang berbobot terlebih jika itu adalah posisi penting dan sulit dicari pastilah kita harus membayar lebih tinggi atau paling tidak setara dengan harga pasar. Dan gaji memiliki magnet tersendiri untuk seseorang mau atau tidak bekerja di sebuah perusahaan atau bertahan atau bergabung dengan perusahaan lain.

2. Tunjangan
     Tunjangan saya posisikan yang kedua karena bagia saya yang terpenting adalah gaji, karena seberapa bayak tunjangan yang diberikan oleh sebuah perusahaan kalau gajinya kecil maka akan berpengaruh kepada gaji pokok dan alhasil maka dapat berpengaruh pula pada pemberian THR, upah lembur, pensiun, dan sebagainya yang terkait dalam perhitungan dengan gaji pokok seorang karyawan.

Namun tunjangan juga dapat memiliki daya magnet untuk seorang karyawan dalam memotivasi dirinya dalam meningkatkan kinerjanya, misalnya jika perusahaan memberikan sebuah tunjangan loyalitas, tunjangan kesehatan, tunjangan jabatan, tunjangan transport dan lainnya.

Dalam pemberian tunjangan ini seharusnya perusahaan mengkaji dengan seksama agar tunjangan yang diberikan layak diterima oleh karyawan jangan hanya sebagai pembagian yang hanya agar terlihat besar tapi sesungguhnya hanya untuk menutupi agar kenaikan gaji seorang karyawan tidak lah besar pada gaji pokoknya.

Dan jangan sampai karyawan bicara untuk apa saya loyal kepada perusahaan wong tunjangan jabatan aku saja sudah 6 tahun tidak naik-naik.

3. Cuti
    Masalah cuti sebenarnya saat ini sudah diatur oleh undang-undang No. 13 tahun 2003, tapi sangat disayangkan jika perusaan tidak berpotokan kepada undang-undang tersebut. Atau apa yang telah mereka buat tapi tidak dijalankan dengan bijak maka hal ini akan menjadi kemelut dalam perusahaan.
Misalnya:

Seorang karyawan A telah bekerja  selama 9 tahun dan karyawan B baru bekerja selama 3 tahun. karyawan B melahirkan dan mendapat hak cuti 3 bulan, sedangkan karyawan A sudah tua tidak mungkin melahirkan kembali namun dia juga merindukan cuti yang diperoleh oleh karyawan B. Nah sebenarnya dalam undang-undang ketenaga kerjaan No. 13 tahun 2003 sudah diatur dan karyawan A berhak mendapatkan cuti besar.

Jika saja perusahaan memperhatikan hal ini maka tidak ada rasa iri seorang karyawan lama akan masalah cuti.

4. Kejelasan kerja karyawan
Tidak dapat di pungkiri bahwa Perjanjian Kerjasama ( PK ) atau PKWT ataupun MOU  memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi seorang karyawan, karena bagaimana ia mau bekerja dengan tenang jika ia tidak memiliki MOU atau PK ataupun PKWT dalam bekerja dan bagaimana ia mau loyal terhadap perusahaan jika ia pun tidak memiliki perjanjian kerjasama dengan perusahaan tempat ia bekerja.

5. Peraturan Perusahaan atau PP
Bagi saya peraturan yang jelas dan tidak hanya mementingkan pihak perusahaan dapat meningkatkan loyalitas karyawan, karena disini perusahaan dituntut dapat berlaku adil, tegas, bijaksana kepada karyawan tanpa perlu menapikan kepentingan perusahaan.

6. Kepedulian
Kepedulian owner, atasan, atau perusahaan kepada karyawannya secara tidak langsung dapat membangun loyalitas seorang karyawan, sehingga karyawan mampu bekerja dengan hati bukan hanya semata-mata mengharapkan gaji.   

Dan apapun yang dapat mensejahterakan karyawan itu pasti akan membuat karyawan kita loyal kepada perusahaan. Namun yang perlu diingat bahwa perusahaan juga harus memperhitungkan dengan seksama apakah yang akan diberikan kepada karyawan dapat menghasilkan lebih dari yang diberikan perusahaan. Dan perlu diingat bahwa karyawan adalah aset perusahaan, tidaklah mudah mendidik karyawan baru hingga bisa dan loyal kepada perusahaan. Jadi jagalah aset anda dengan lebih bijaksana tanpa selalu mementingkan kentungan perusahaan karena perusahaan juga tidak dapat berdiri dengan kokoh tanpa adanya karyawan yang loyal kepada perusahaan.

Selasa, 15 Januari 2013

Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional

Pendidikan itu tidak statis melainkan dinamis, hal ini untuk meningkatkan perubahan zaman dan ilmu pengetahuan dan biasanya kurikulum itu berubah setiap 10 tahun sekali. Kurikulum itu sendiri merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengorganisasian untuk mencapai tujuan. Dan tujuan yang hendak dicapai ini adalah tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan GBHN.
Dan melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai Definisi Psikologi Pendidikan dan Manfaatnya Bagi Dunia Pendidikan, maka kali ini kita saya akan membahas mengenai Hirarki Tujuan Pendidikan Nasional, adapun hirarki tujuan nasional yaitu:
  1. Tujuan Pendidikan Nasional ini menurut GBHN tahun 1988 adalah manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri, mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya, serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. 
Dan tujuan pendidikan nasional yang baru adalah manusia indonesia yang beriman dan bertaqwa, mandiri dan kreatif, cerdas, dapat mengembangkan potensi.... (yang intinya tujuan pendidikan nasional ini mencangkup aspek afeksi, potensi, kognitif, dan kreatif).
Pendidikan itu bermacam-macam ada pendidikan:
  • Formal: disekolah yang memiliki beberapa jenjang yaitu:
  1. Dasar: SD dan sederajat (misalnya MI), SLTP dan sederajat (misalnya MTS), kejar paket A, B, C, dan SLB.
  2. Menengah: SLTA (misalnya MA).
  3. Tinggi: Universitas, institut dan sebagainya.
  • Informal: tempat les.
  • Non formal: keluarga.
     2.  Tujuan Institusional.
Tujuan institusional ini merupakan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga-lembaga atau instansi-instansi pendidikan tertentu.
Contoh pada SD:
  1. Memberikan kesiapan dasar untuk dapat kejenjang berikutnya.
  2. Memberikan pengetahuan dasar.
  3. Untuk mengenali lingkungan sosial (IPS) dan alam (IPA).
  4. Membangun kesehatan jasmani dan rohani.
  5. Membangun kerajinan tangan dan kesenian.
     3.  Tujuan Kurikuler.
Pada tujuan ini pendidikan memberikan kompetensi bidang pembelajaran. Misalnya untuk psikologi pendidikan maka setelah lulus mahasiswa akan mendapatkan apa dari ilmu ini? apakah ilmunya dapat berguna ketika ia menjadi guru BK di sekolah?
     4.  Tujuan Instruksional Umum.
Tujuan instruksional umum, dalam KBK biasa disebut dengan kompetensi dasar. Setiap beberapa sub pembahasan guru melakukan kompetesi (ulangan) terhadap siswa untuk menguji ingatan, pemahaman, dan daya serap materi oleh siswa.
Contoh:
Guru memberikan ulangan matematika dimana materinya dari bab 1 - bab 4.
     5.  Tujuan Instruksional Khusus.
Dalam KBK tujuan instruksional khusus disebut juga dengan indikator, disini guru mengadakan ulangan setiap satu pokok bahasan atau materi
Contoh:
Guru memberikan ulangan matematika yang materinya berasal dari bab 1 yaitu mengenai bangun ruang.
     6.  Tujuan Jangka Pendek yang Dapat di Ukur.
Contoh:
Siswa dapat mengetahui dan menjelaskan kembali mengenai perkalian dari 1 samapai 5.
Sumber:
Catatan matakulian Psikologi Pendidikan. 2006. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembahasan terkait:
 http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2013/01/definisi-psikologi-pendidikan-dan.html
 


Mendidik Anak Usia TK

Pada periode dalam kandungan hingga usia balita, pendidikan biasanya bertumpu pada orang tua hingga saatnya anak memasuki bangku sekolah TK dimana sang anak biasanya berusia 4- 5 tahun  maka sumber pendidikan kini juga diperoleh anak dari guru-gurunya.

Dengan telah bersekolahnya anak maka banyak perubahan positif yang berkembang pada diri anak, antara lain semakin mengantarkan anak untuk lebih luas bergerak di luar rumahnya, anak banyak memiliki teman baru yang seusia dengan dirinya, memiliki pengetahuan baru yang mungkin belum diterima anak dari orang tua, dan sebagainya.

Oleh karena itu, selaku orang tua ada baiknya mempersiapkan diri untuk mengikuti perubahan yang dialami oleh anak karena tidak memungkinkan adanya berubahan positif  juga dapat diiringi oleh berbagai masalah. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anak usia TK:
  • Karena anak kini telah bersekolah maka ada baiknya orang tua memberi pemahaman terhadap anak untuk tidur dan bangun pada jam-jam yang telah ditentukan, hal ini bertujuan untuk menerapkan kedisplinan dan agar anak lebih menghargai waktu. Misalnya:
Menyuruh anak untuk tidur malam tidak lebih dari jam 21.00 WIB dan sudah harus bangun paling lama jam 06.30WIB karena sudah harus sekolah jam 08.00 WIB.
  • Ketika anak telah mampu memakai pakaian dan mengemasi perlengkapan sekolahnya sendiri maka ada baiknya orang tua menyuruh anak belajar melakukannya sendiri sebatas yang ia bisa. Hal ini dapat menimbulkan jiwa kemandirian mada anak.
  • Agar anak tidak tergantung pada orang lain dan melatih keberanian anak, maka ada baiknya hanya mengantar dan menjembut anak pada awal-awal anak mulai bersekolah. Namun bila dirasa perlu (misalnya jarak rumah dengan sekolah yang jauh dan tidak aman karena banyak kendaraan bermotor ataupun mobil) untuk mengantar dan menjemputnya setiap hari maka kita tidak perlu menunggunya hingga selesai belajar.
  • Jika kita menggunakan kendaraan pribadi untuk mengantar jemput anak, ada baiknya kita mengajak temannya untuk pergi bersama dan bila perlu mengantarkan anak tersebut terlebih dahulu untuk pulang. Hal ini bertujuan selain meningkatkan keakraban anak tetapi juga dapat menumbuhkan sikap kedermawanan dan kesetiakawanan pada diri anak.
  • Pantau perkembangan dan hasil belajarnya. Dibidang apa kelebihan anak dan dibidang mana ia memiliki kekurangan. Selain itu orang tua menurut saya, harus bisa berkordinasi dengan guru mereka akan perkembangan anak di sekolah, bagaimana prilakunya ketika ia belajar, bagaimana hubungan ia dengan kawan-kawannya, bagaimana perkembangan belajarnya dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengambil sikap dan tindakan yang tepat terhadap kekurangan dan kelebihan si anak. 
  • Bila anak memiliki tugas di rumah dari guru maka ada baiknya kita hanya membimbingnya tanpa perlu membantu mengerjakan seluruhnya. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak akan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung pada orang lain.
  • Berikan pujian atau penghargaan apabila anak mendapatkan prestasi di sekolahnya, misalnya dengan memberikan ia buku gambar dan kerayonnya atau dapat juga mengatakan anak pintar dan berikan pelukan kasih sayang padanya. Hal ini selain dapat memberikan kepuasaan tersendiri pada anak tapi juga dapat memacu anak agar ia dapat lebih sungguh-sungguh belajar.
  • Untuk mengetes daya ingat anak akan pelajaran yang telah diajarkan, maka ada baiknya kita bertanya akan pelajaran yang telah dijarkan disekolah. Contohnya:
"Tadi di sekolah belajar apa nak? " tanya mamah
"Belajar tambah-tambahan mah." jawab anak
"Bisa diulang lagi yang tadi nak? tanya mamah
"Bisa dong, 1 + 1 = 2, 2 + 1 = 3..." jawab anak
"Pinter...." jawab mamah 
  • Pada masa-masa ini biasanya pengaruh guru lebih kuat dari pada kita, oleh karena itu bila kita hendak meningkatkan pendidikan pada anak maka ada baiknya tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan guru karena akan menyebabkan dualisme dan kebingungan pada diri anak. 
  • Untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dengan guru, kita dapat memberikan hadiah kepadanya melalui anak selama hadiah itu dalam bentuk yang wajar misalnya dengan memberikan tas kerja. Namun sesungguhnya seorang guru pasti akan melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa pambrih.
  • Ketika kita sedang mendidik anak maka ada baiknya kita memisahkan antara "aku" sebagai seorang guru dan "aku" sebagai orang tua. "aku" sebagai guru merupakan aku yang menempatkan norma-norma pendidikan yang berlaku, sedangkan "aku" sebagai orang tua adalah "aku" yang bisa saja berkuasa terhadap diri anak.   
  • Untuk menciptakan suasana pendidikan yang sama dengan di sekolah, maka ada baiknya kita membentuk suasana belajar yang formal baik itu teori pendidikan maupun sarana belajar. Misalnya ketika kita mengajarkan anak coba mengajar dengan menggunakan papan tulis kecil dan spidol yang digantung didinding. 
  • Bila anak kita tidak mengikuti pendidikan di TK, maka ada baiknya kita dapat memberikan pembelajaran yang sama seperti pendidikan yang diajarkan di TK. Dan agar anak tidak merasa sendiri kita dapat pula mengajarkan anak seusianya yang juga tidak bersekolah di TK untuk bersama-sama belajar dengan anak kita. Hal ini bertujuan agar anak tidak asing lagi dengan sekolah dasar nantinya. 
Hal yang dapat kita lakukan misalnya dengan mengajarkan ia membaca dan menulis alfabet, mengajarkannya berhitung, menggambar, memperkenalkan beberapa nyanyian anak-anak maupun nasional, mengajarkan anak dasar-dasar keterampilan olah raga dan sebagainya.


Daftar pustaka:
Syafei, Drs. M. sahlan. 2002. Bagai Mana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.
 
Tautan yang terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/mendidik-anak-usia-balita.html 

Minggu, 13 Januari 2013

Teori Belajar Behaviorisme

Belajar menurut Caplin adalah perubahan yang relatif menetap melalui pengalam. Dan Witting mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap secara keseluruhan. Dalam belajar terjadi beberapa hal diantaranya:
  1. Perlu waktu dan latihan.
  2. Menetap.
  3. Adanya proses.
  4. Adanya perubahan. Perubahan ini dapat dibagi dua, yaitu:
  • Perubahan yang nampak (terlihat dari gerakannya).
Misalnya: shalat, olahraga, dan tarian.
  • Perubahan yang tidak nampak (terlihat dari berfikir dan mengingat (kognitif)).
Misalnya: moral, spiritual, dan emosi.
Teori belajar itu bermacam-macam, namun  untuk pembahasan kali ini saya akan memaparkan mengenai teori belajar behaviorisme. Adapun prinsip dasar Behaviorisme yaitu:
  • Teori ilmu jiwa daya, dayanya yaitu:
  1. Ingatan.
  2. Berfikir. Berfikir disini dapat berupa berfikir tentang sesuatu yang benar atau salah dan berfikir mengenai dirinya sendiri maupun orang lain.
  3. Fantasi atau angan-angan.
  • Belajar kognitif.
  1. Belajar kognitif ini dapat digunakan apabila anak telah siap.
  2. Kognitif dalam behaviorisme baru berupa mekanisme dan belum ada pemahaman. 
  3. Perlu ada pengulangan.
  • Belajar psikomotor atau keterampilan.
Dalam belajar ini ada proses trial and error misalnya ketika anak belajar sepeda.
  • Belajar prilaku atau sikap (afektif).
  • Tidak memakai teori.
  • Adanya peniruan dan peneladanan.
  • Adanya pembiasaan, misalnya anak diajarkan membiasakan cuci makan dulu sebelum makan.
  • Implikasi dalam merubah prilaku.
  • Apabila ingin merubah prilaku, maka kita dapat merubah situasinya. Contoh:
"Sampah"
Apabila lingkungan terlihat bersih maka orang pun akan merasa tidak enak bila ia buang sampah sembarangan.  
  • Kita dapat merubah prilaku kita bila kita takut akan sesuatu. Contoh:
Bila ada anjing maka kita membiasakan diri kita untuk bersikap tenang maka lama-lama kita tidak akan takut lagi.

Sumber:
Catatan matakuliah Psikologi Pendidikan. 2005. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.





Definisi Psikologi Pendidikan dan Manfaatnya Bagi Dunia Pendidikan

Sebagaimana ulasan sebelumnya mengenai bidang psikologi yang salah satunya di bidang psikologi pendidikan, maka kali ini saya akan membahas tentang definisi pendidikan dan manfaatnya bagi dunia pendidikan berdasarkan catatan mata kuliah psikologi pendidikan saya di tahun 2005.

Wah ternyata sudah lama juga ya??? ya dari pada catatan ini hilang di makan rayap tidak ada salahnya saya simpan di blog ini sekaligus berbagi ilmu...

Oh ya kawan, pada ulasan sebelumnya kita telah membahas tentang pengertian psikologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.

Nah pendidikan itu  merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dan Psikologi pendidikan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari prilaku dalam seting pendidikan. Atau dapat diartikan juga sebagai salah satu sub disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal -hal sebagai berikut:
  • Bagi pendidik.
  1. Memahami karakter-karakter siswa yang bervariasi. 
  2. Membantu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar.
  3. Dapat mengetahui cara metode pengajaran yang efektif.
  4. Bisa mengkordinisir kelas secara efektif.
  • Bagi pengembang kurikulum.
Dengan psikologi pendidikan, pengembang kurikulum dapat menyusun kurikulum yang tepat sesuai dengan usia anak.
  • Bagi siswa
Siswa mendapatkan imbas dari guru-guru dan pengembang kurikulum yang telah mempelajari psikologi pendidikan.

Sumber:
Catatan matakuliah Psikologi Pendidikan. 2005. Jakarta: Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembahasan terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2013/01/hirarki-tujuan-pendidikan-nasional.html

Jumat, 11 Januari 2013

Definisi Psikologi

Sudah lama saya menulis tentang bidang keilmuan psikologi, tapi kenapa baru sekarang terpikirkan untuk menulis tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan psikologi itu sendiri, padahal ini merupakan dasar dari ilmu itu sendiri. Ya sudah meskipun terlambat tapi bolelah dari pada nggak sama sekali. he...

Psikologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani di mana Psyche yang berarti jiwa dan Logos yang berarti ilmu. Jadi psikologi itu berarti ilmu jiwa. Wah jadi bingungkan emangnya bisa jiwa bisa di pelajari? apa itu jiwa? Kerena masih kaburnya definisi ini maka timbullah berbagai pendapat mengenai definisi ini dan banyak para sarjana yang mengemukakan tentang definisi psikologi sesuai dengan arah minat dan aliran masing-masing.

Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan di tahun 1876, psikologi atau lebih tepatnya gejala-gejala kejiwaan ini dipelajari oleh filsafat dan ilmu faal.
  1. Filsafat.
  • Sejak 500 atau 600 tahun sebelum masehi, gejala-gejala kejiwaan ini telah dipelajari melalui filsuf-filsuf Yunani kuno seperti:
  1. Socrates (469-399 SM).
  2. Plato (427-347 SM).
  3. Aristoteles (384-322 SM).
  • Pada jaman revolusi ilmu pengetahuan di Eropa (Renaisan)
  1. Rene Descartes (1596-1650), filsuf asal Perancis, menyatakan bahwa ilmu jiwa (psikologi) merupakan ilmu tentang kesadaran. 
  2.  George Barkeley (1685-1753), filsuf asal Inggris, menyatakan bahwa psikologi itu adalah ilmu tentang pengindraan (persepsi).
     2.  Ilmu faal.
  • Para ahli ilmu faal, khususnya para dokter yang tertarik dengan masalah kejiwaan pada saat yang bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan di negara-negara Eropa, berpendapat bahwa jiwa itu erat sekali hubungannya dengan susunan syaraf dan refleks-refleks. Adapun tokoh-tokohnya antara lain:
  1. Sir Charles Bell (1774-1842) dan Francois Magensie (1783-1855) asal Perancis. 
Mereka menemukan  syaraf-syaraf sensorik (pengindraan) dan syaraf-syaraf motorik (yang mempengaruhi gerak dan kelenjar).
     2.  Paul Brocca (1824-1880), Jerman, menemukan pusat bicara pada otak.
     3.  Marshall Hall (1790-1857), Inggris, menemukan mekanisme refleks. 
  • Dengan adanya penemuan yang telah disumbangkan oleh tokoh diatas, maka muncullah definisi-definsi psikologi yang dikaitkan dengan tingkah laku dan selanjutnya mengaitkan tingkah laku tersebut dengan refleks. Adapun salah satu tokohnya adalah Ivan Pavlov (1849-1936), Rusia, menurutnya psikologi merupakan ilmu tentang refleks dan karena itu psikologi tidak berbeda dari ilmu faal.
Adapun beberapa definisi psikologi (di masa psikologi modern) antara lain:
  1. Glifford T. Morgan.
Ia mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan; termasuk aplikasinya pada problematika manusia. 
     2.  Garden Murphy.
Menurutnya psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Ya jadi intinya sih ilmu tentang prilaku. Loh mengapa jadi prilaku? jawabannya sih simpel aja setelah mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, maka jiwa itu dirasa terlalu abstrak sedangkan ilmu pengetahuan itu menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat, dan diukur. Selain itu tingkah laku itu lebih konkrit dibandingkan dengan jiwa sehingga lebih mudah untuk dipelajari dan dari tingkah laku kita dapat mengenal seseorang.

Prilaku itu dapat dibagi menjadi dua yaitu:
  1. Overt atau kasat mata, misalnya menangis, memukul, makan, membaca dan sebagainya.
  2. Covert atau tidak kasat mata, misalnya motivasi, frustasi, persepsi, emosi dan sebagainya.
Ciri-ciri prilaku:
  1. Prilaku itu kasat mata, tapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati secara langsung.
  2. Ada beberapa ingkatan dalam prilaku, yaitu:
  • Prilaku sederhana dan stereotif, misalnya prilaku binatang bersel satu.
  • Prilaku kompleks. Prilaku ini melibatkan proses mental- fisiologis yang lebih tinggi.
     3.  Bervariasi menurut jenis tertentu yang diklasifikasikan, misalnya:
  • Kognitif : Berfikir.
  • Afeksi : Perasaan.
  • Psikomotor : Gerakan-gerakan fisik.
     4.  Dapat disadari dan tidak disadaari.

Nah berhubung sudah malam, sampai sini saja ya pembahasan kali ini. Lain waktu kita lanjutin lagi.

 Sumber:
  1. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Penganar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
  2. Print out makalah mata kuliah Pengantar Psikologi Umum. 2003. Jakarta: YAI.
 Pembahasan terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/05/ruang-lingkup-psikologi.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/aliran-psikoanalis-sigmund-freud.htmlhttp:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/macam-macam-pendekatan-dalam-psikologi.html

Senin, 07 Januari 2013

Pemberian MPASI Pada Bayi

Pernah nggak sih kita merasa ko ni bayi nangis terus? nyusu melulu? apa jangan-jangan dia nggak kenyang? atau ASI saya cuma sedikit? apa perlu ditambah dengan susu formula, bubur atau pisang? soalnya ada yang bilang anaknya baru dua minggu saja diberi pisang habis nangis terus dan laper melulu? nah kalau sudah seperti ini kira-kira apa yang akan kita lakukan?

Kalau pengalaman saya si, ya susu-in aja terus toh semakin sering kita menyusui maka produksi ASI-pun malah semakin banyak dan sebaliknya, asal kita tidak stres, sering berolah raga, memijat payudara untuk merangsang kelancaran ASI, ditambah dukungan keluarga dan suami, dan yang terpenting konsumsi makanan yang bergizi.

Adapun makanan yang dapat dikomsumsi oleh ibu menyusui antara lain:
  1. Makanan seimbang yang terdiri dari karbohidrat (nasi, kentang, bihun), lemak (minyak, kacang-kacangan, dan daging), protein (tahu, tempe, telur, kacang-kacangan, daging, dan ikan), sayur, dan buah.
  2. Buah yang mengandung vitamin c yang baik untuk penyerapan zat besi misalnya, strauberi, melon, kiwi, jeruk, dan tomat.
  3. Makanan yang mengandung zat besi, seperti sereal, daging, hati, dan buah kering.
Nah... setelah kita mengetahui tentang cara meningkatkan produksi ASI sekarang sebenarnya kapan sih sebaiknya bayi mulai di beri makan?

Bayi sebaiknya dari umur 0-6 bulan hanya diberikan ASI atau biasa disebut ASI ekslusif. Adapun menurut dokter Tiwi dalam bukunya yang berjudul Anak sehat: 100 solusi dr Tiwi Panduan Lengkap Kesehatan Bayi 0- 24 bulan  bahwa makanan pendamping ASI dapat diberikan setelah bayi mengkonsumsi ASI ekslusif selama 6 bulan, hal ini karenakan pada usia ini sistem pencernaan dan sistem kekebalan tubuhnya telah sempurna untuk menerima makanan padat. Jadi, orang tua tidak perlu cemas anaknya akan mengalami alergi. Pada saat ini anak harus sudah diajarkan untuk mendorong makanan padat di rongga mulut dengan lidahnya hingga masuk ke bagian belakang mulutnya untuk ditelan.

Adapun alasan bayi hanya di berikan ASI selama 6 bulan dan baru di berikan MP-ASI setalahnya antara lain:
  1. Pemberian ASI ekslusif dapat membantu mengurangi bayi terkenan alergi.
  2. Sistem imunitas bayi dibawah 6 bulan belum sempurna sehingga perlu adanya ASI ekslusif untuk membantu menyempurnakan sistem imunitas pada bayi dan menurut penelitian bayi yang diberikan MP-ASI di bawah 6 bulan akan lebih sering mengalami infeksi dibandingkan bayi di atas 6 bulan yang baru di berikan MP-ASI.
  3. Sistem pencernaan bayi telah mampu menerima makanan padat.
Pada awal-awal pemberian MP-ASI, ada baiknya kita tidak menambahkan gula, pemanis rasa, maupun garam pada makannya. Hal ini dikarenakan pemberian gula hanya akan membebani kerja pangreas dan hati bayi. Dan pemberian garam juga dapat membebani pencernaan dan ginjal bayi yang masih peka. Ada baiknya pada awal-awal pemberian MP-ASI bayi mengenal rasa asli pada makanan yang ia makan hal ini untuk membantu melatih syaraf kepekaan perasa pada bayi. Kalau saya sih biasanya mengganti gula dengan jagung manis dan keju atau margarin tuntuk memberikan rasa gurih pada buburnya.

Adapun beberapa contoh makanan padat yang dianjurkan antara lain:
  • Untuk pengenalan MP-ASI yang pertama diberikan adalah pure buah atau jus buah. Pure buah dapat diberikan dengan ditambah dengan ASI atau hanya pure buah itu sendiri. Adapun buah yang dianjurkan antara lain:
  1. Pisang.
  2. Alpukat.
  3. Pepaya.
  4. Melon.
  5. Apel manis. 
  • Setelah bayi beradaptasi dengan buah tahap selanjutnya adalah memberikan sereal atau tepung beras dan sayur saat bayi berusia sekitar 7 bulan. 
Untuk tepung beras yang dianjurkan adalah beras putih, beras merah tau beras coklat. Dan sayuran seperti labu kuning, wortel, bayam, kacang hijau, dan lain-lain.
  • Pemberian protein hewani dapat diberikan segera setelah bayi mengenal produk dari bahan nabati. Adapun contoh protein hewani misalnya ikan, daging, dan telur.

Untuk contoh MPASI dapat anda lihat di pembahasan Resep Masakan MPASI:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/search/label/Resep%20Masakan%20MPASI
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2013/01/resep-mpasi-bubur-jagung-manis.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/resep-mpasi-bubur-daging-sayur-buah.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/resep-mpasi-bubur-ayam-sayur-tofu.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/resep-mpasi-bubur-ubi-ceker-ayam.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/resep-mpasi-bubur-ikan-kembung-banjar.html
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2012/12/resep-mpasi-bubur-ayam-sop-kacang-merah.html


Sumber:
  1.  Pertiwi, I Gusti Ayu Nyoman. Anak sehat: 100 solusi dr Tiwi Panduan Lengkap Kesehatan Bayi 0- 24 bulan. 2011. Erlangg.
  2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. 2011.   Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Rabu, 02 Januari 2013

Resep MPASI: Bubur Jagung Manis

Bahan:
  1. 1 centong nasi, lumatkan.
  2. 1/4 jagung manis.
  3. 1 siung bawang putih.
  4. 2 lembar daun salam.
  5. 1 sdt mentega.
  6. Garam.
  7. Air.
Cara memasak:
  1. Masukan nasi, bawang putih, daun salam, mentega, dan air secukupnya aduk-aduk hingga nasi melumat. 
  2. Setelah nasi mulai melumat masukan parutan jagung manis dan sedikit garam kemudian aduk-anuk kembali hingga matang angkat dan sajikan selagi hangat.
Note:
Untuk lauknya anda dapat menambahkan dengan siwiran ayam, ikan, ataupun telur rebus.


________   SELAMAT MENCOBA   ________

Minggu, 30 Desember 2012

Resep MPASI: Spaghetti Cilik

Niatnya sih coba-coba buat makanan yang berbeda dari bubur, karena si kecil rasanya sudah bosan dengan bubur. Eh ternyata dia suka juga, syukurlah yang penting dia mau makan, toh spaghetti terbuat dari gandum jadi nggak ada salahnya di coba.

Bahan:
  1. 15 batang spaghetti.
  2. 1 buah telur (bisa diganti dengan 1 potong dada ayam yang disiwir-siwir).
  3. 1/2 lembar keju (bisa diganti dengan parutan keju).
  4. 1/2 buah wortel .
  5. 1/4 jagung manis.
  6. Garam.
  7. Air.
Cara membuat:
  1. Potong-potong dan rebus spaghetti hingga agak lembut/ lembek,
  2. Bila air rebusan terlalu banyak buang sedikit kemudian masukan telur dan aduk-aduk.
  3. Setelah hampir matang masukan wortel dan jagung manis yang telah diparut terlebih dahulu, keju, dan tambahkan sedikit garam. Setelah matang ankat dan sajikan selagi hangat.
Note:
Untuk potongan spaghetti sebaiknya jangan terlalu panjang karena anak akan kesulitan mengunyah dan menelannya.
 

______   SELAMAT MENCOBA  _______

Sabtu, 22 Desember 2012

Mendidik Anak Usia Balita

Anak merupakan anugrah Tuhan yang tak ternilai harganya. Ia tak dapat digantikan dengan apapun yang ada didunia ini. Ia merupakan permata hati dan obat pelipur lara. Ia merupakan ladang ibadah untuk bekal kita diakhirat. Jadi sudah sepatutnyalah kita sebagai orang tua menjaga dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Mendidik anak bukan semata-mana menyerahkannya kepada tenaga guru tempat anak menimba ilmu, namun kitalah selaku orang tua yang seharusnya menjadi peletak dasar norma-norma yang ada.  

Mendidik merupakan membimbing anak untuk mencapai kedewasaan. Dari pengertian ini terdapat kata mendidik dan kedewasaan. Dimana membimbing ini merupakan suatu proses untuk membantu anak mengenal dirinya sendiri dan dunianya. Orang tua hanya mendampingi, dimana pada saat tertentu anak harus dilepas, diberikan kebebasan dan kesempatan untuk berdiri sendiri. OLeh karena itu ketika anak telah dewasa, maka orang tua tidak perlu mendidik lagi, karena anak telah dapat memikul tanggung jawabnya sendiri dan telah dapat berdiri sendiri serta sudah saatnya selaku orang tua melepaskannya.

Kedewasaan dapat diartikan menjadi beberapa rumusan, yaitu:
  • Dewasa menurut fisik atau biologis.
Seseorang dikatakan telah dewasa bila: 
  1. Seorang wanita telah dapat memprosuksi sel telur (ovum), dimana hal ini dapat ditandai dengan wanita tersebut telah mendapatkan menstruasi (haid).
  2. Seorang pria telah memproduksi sel mani (sperma), hal ini dapat ditandai dengan mimpi basah. 
  • Dewasa menurut psikologis (kejiwaan).
Menurut ilmu psikologi, seseorang dapat dikatakan dewasa apabila fungsi-fungsi psikisnya telah berkembang dan berintegrasi. 
Dengan kata lain seseorang dikatakan dewasa bila ia telah dapat berpikir dengan pikiran atau pola pikirnya telah tepat, dapat mengatur kemauannya, dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan, sudah dapat mengendalikan emosi, dan sudah dapat melakukan pertimbangan-pertimbangan.
  • Dewasa menurut hukum.
Menurut hukum seseorang dapat dikatakan dewasa bila ia telah menenuhi persyaratan suatu hukum yang berlaku, misalnya seseorang telah wajib memiliki KTP bila ia telah berumur 17 tahun.
  • Dewasa menurut ilmu pedagogik (ilmu mendidik).
          Individu dapat dikatakan dewasa apabila:
  • Sudah dapat bertanggung jawab.
Dalam ilmu pedagogik, ciri-ciri kedewasaan yang terpenting adalah bertanggung jawab. Bertanggung jawab disini adalah suatu keadaan dimana semua tindakan atau perbuatan atau sikap merupakan penjelasan dari nilai-nilai luhur kesusilaan dan atau keagamaan.
Contohnya:
Aminah bekerja di perusaan batu baru sebagai seorang staff hrd. Setiap hari ia selalu datang sebelum jam masuk kantor dan pulang setelah jam kantor. Ia selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, cepat, penuh inisiatif, dan penuh tanggung jawab.
  • Sudah menjadi anggota masyarakat yang membangun.
  • Dari segi fisik telah menunjukan suatu bentuk manusia tertentu, misalnya sudah ada bulu-bulu halus diatas mulut untuk anak laki-laki
  • Sudah berdiri sendiri baik secara moril maupun materil, contohnya dapat bekerja dan tidak lagi mengandalkan orang tua untuk keperluannya sehari-hari.
  • Dari segi kerohanian telah merupakan integritas nilai sikap yang religius dan bersosila, misalnya tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas didepan umum.
  • Sudah dapat mengambil keputusan sendiri berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan kesosilaan.
Mendidik anak sebaiknya dilakukan semenjak anak sudah dalam kandungan, seperti mengajaknya berbicara,. bercerita, latihan sederhana dengan irama gendrang, memperkenalkannya angka-angka, dan memperkenalkan suara ayah dan ibunya. Bahkan dalam islam  pola-pola pendidikan ini sudah harus diterapkan sebelum anak itu ada, seperti membaca doa sebelum bersenggapa dimana hal ini bertujan antara lain agar anak yang nantinya dikandung dan dilahirkan menjadi anak yang sholeh ataupun sholeha.

Setelah seorang anak dilahirkan tugas kita sebagai orang tua dalam mendidik tidak berhenti begitu saja, ada beberapa upaya yang seharusnya dilakukan untuk mendidik sang buah hati diusia balita, antara lain:
 
  • Luangkan waktu khusus untuk bercengrama dan bermain dengan anak, hal ini bertujuan untuk membangun kasih sayang dan keakraban antara orang tua dan anak.
  • Dalam banyak hal, kita selaku orang tua harus mampu menjadi guru yang patut ditiru dan menjadi panutan untuk anak kita dan menghindari prilaku yang tidak baik dihadapan anak, misalnya selalu berprilaku dan berpenampilan yang sopan baik ketika berada di dalam rumah maupun diluar rumah, tidak mengucapkan kata-kata kasar dan jorok dihadapan anak, dan sebagainya. 
  • Bila anak melakukan kesalahan atau merusakan barang-barang maka jangan langsung membentaknya atau berprilaku kasar, namun ajarkan apa yang seharusnya ia lakukan dan yang terpenting adalah menimbulkan rasa segan bukan takut kepada orang tua.
  • Ketika anak sedang menangis, jangan mendiamkannya dengan cara menakut-nakuti karena hal ini dapat menumbuhkan rasa takut dalam diri anak (menjadi penakut).
  • Anak sebaiknya tidak menyusu lebih dari dua tahun, hal ini bertujuan agar anak tidak menjadi anak yang manja dan demi kesehatan anak itu sendiri.
  • Ketika anak hendak memulai sesuatu ajarkan anak untuk membaca doa, hal ini bertujuan agar ia senntiasa mengingat Tuhan, misalnya ketika kita memberi anak makan, sebaiknya kita membaca doa sedikit keras, selain itu ajarkan juga anak untuk makan makanannya sendiri hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajaknya makan bersama-sama agar ia tahu bagaimana cara makan yang baik dan mengurangi ketergantungannya untuk disuapi. 
  • Apabila hendak menidurkan anak ada baiknya kita mendongengkannya, adapun topik yang dapat kita ambil misalnya tentang sikap kepahlawanan, tentang kisah keagamaan, sikap saling tolong- menolong, kisah tentang sopan- santun, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan anak akan hal-hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, menjalin komunikasi antara orang tua dan anak, memperkaya kosakata pada anak, dan lain sebagainya.
  • Ketika anak telah mampu berbicara maka ajarkan anak beberapa kata agar ia mampu mengucapkannya, misalnya mama, papah, nenek, kakek, kakak, adik, teman, pepaya, pisang, sayur, ikan, ayam, makan, minum, mandi, pipis, tidur, bangun, gelap, terang, Tuhan, shalat, dan kata-kata sederhana lainnya yang biasa dipergunakan dalam keseharian anak.
  • Ketika anak sudah mulai dan mampu berjalan maka ketika kita melihatnya terjatuh kita tidak perlu terburu-buru menolongnya hal ini bertujuan agar ia mampu berdiri sendiri ketika ia terjatuh. 
  • Hindari memakaikan pakaian maupun aksesoris yang berlawanan dengan jenis kelamin anak, hal ini untuk mengajarkan anak akan identitas dirinya dan menghindarkan ia dari penyimpangan kejiwaan.
  • Jika anak sudah mulai ingin menulis maka siapkan alat-alatnya, namun bila anak menulis ditembok maka kita selaku orang tua sebaiknya jangan memarahinya karena hal ini dapat menghambat kreativitasnya, namun menurut saya anak cukup diarahkan agar menulis di kertas atau berikan papan tulis agar anak tidak terbiasa mencoret-coret tembok.
  • Berikan gambar-gambar menarik yang dapat merangsang anak untuk bertanya dan mengetahui tentang gambar tersebut, misalnya gambar hewan, angka, pemandangan, anggota tubuh, huruf, dan sebagainya.  
  • Biasakan anak untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan usianya, jenis kelamin, pembawaan, dan tingkat perkembangan anak, hal ini bertujuan untuk membuat anak merasakan kedinamisan dalam hidupnya dan merangsang kreativitasnya dengan begitu pertumbuhan dan perkembangannya dapat selalu terbina dan terarah.
  • Tidak memanjakannya secara berlebihan, misalnya jika anak kita meminta dibelikan sesuatu jangan langsung memberikannya coba lihat dulu apa barang itu berguna atau tidak atau barang ia inginkan sama seperti yang telah ada di rumah atau tidak.   
  • Apabila kita hendak membelikannya mainan maka ada baiknya kita membelikan mainan yang mampu merangsang perkembangan motorik, moral, sosial, maupun kognitifnya, misalnya buku mengenai hewan yang bukan hanya menampilkan gambar hewannya saja tapi juga dapat mengeluarkan suara bila gambar hewan itu ia pencet. Atau dapat juga memberikannya mainan yang digantung dan dapat berputar dan mengeluarkan bunyi.   
  • Latih anak untuk berdisiplin dan menjaga kebersihan dengan cara misalnya mengambil dan merapihkan kembali mainanya sendiri, melepas sepat atau sendal ketika hendak memasuki rumah, mencuci kaki ketika akan tidur dan sebagainya.
  • Ajarkan anak untuk bersifat dermawan dan saling berbagi, misalnya dengan meminjamkan mainannya bila ada temannya hendak memegangnya dan memainkannya, memberikan makanan atau uang kepada pengemis, dan sebagainya.
  • Sebagai orang tua sebaiknya selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak kita, agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat terkendali, dan apabila terjadi penyimpangan dan kekurangan dalam hal tersebut kita bisa langsung menanganinya.

Daftar pustaka:
Syafei, Drs. M. sahlan. 2002. Bagai Mana Anda Mendidik Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pembahasan yang terkait:
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2013/01/mendidik-anak-usia-tk.html




Entri Populer