Minggu, 12 Juni 2011

Definisi Normal dan Abnormal

Istilah normal dan abnormal sesungguhnya sulit untuk dirumuskan, hal ini dikarenakan oleh:
  1. Sulitnya menemukan model manusia yang ideal atau sempurna untuk dikatan normal ataupun abnormal
  2. Tidak ada batasan yang tegas antara prilaku yang dikatan normal ataupun abnormal
Walaupun istilah normal-abnormal sulit dirumuskan namun beberapa ahli mencoba untuk mendefinisikannya seperti:
  1. Menurut WHO, seseorang dapat dikatakan sehat apabila suatu keadaaan kesejahteraan fisik, mental, sosial secara penuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau keadaan lemah tertentu.

  2. Kesehatan mental menurut H. B. Englis adalah keadaan yang relatif tetap dimana seseorang menunjukan penyesuaian, atau aktualisasi diri, atau realisasi diri. Kesehatan mental ini menurutnya juga merupakan keadaan yang positif bukan hanya ketidak adaannya atau absennya gangguan mental.

  3. Kesehatan mental menurut W.W Boehm meliputi suatau keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan.

  4. Menurut Ulmann dan Krasner (1980), tingkah laku manusia tidak dapat dilihat secara dikotomis sebagai normal atau tidak normal, tetepi harus dilihat dalam hubungannya dengan suatu prinsip, dimana tingkah laku merupakan suat hasil dari keadaan masa lalu dan kini.

    Menurut mereka, definisi abnormal dapat pula dilihat dari sisi hukum (legal), yang mana menghubungkan tingkah laku seseorang dengan kompetensi, tanggung jawab atas perbuatan kriminal, serta komitmen, dimana kesemuanya digunakan untuk menentukan apakah seseorang harus dimasukan kedalam RSJ, penjara, institusi khusus atau tidak.

    Selanjutny tingkah laku abnormal menurut Ulmann adalah sejenis tingkah laku yang menyimpang (deviance) yang memerlukan perhatian profesional dari psikiater, psikolog, atau tenaga profesional lain dari bidang kesehatan jiwa.


  5. William Gladstone (1978), membuat kriteria normal berdasarkan 7 aspek tingkah laku penyesuaian diri yaitu;
    1. Ketegangan
    2. Suasana hati
    3. Pemikiran
    4. Kegiatan (Aktivitas)
    5. Organisasi diri
    6. Hubungan antar manusia
    7. Keadaan fisik

      Dari 7 aspek tersebut dibuat lagi 5 tingkatan penyusuaian diri yang masing-masing diberi skor dari 10-50. Adapun tingkat penyesuain diri menurutnya, yaitu:
    • Normal
    • Darurat
    • Neurotik (Neurotik Coping Style)
    • Kepribadian atau karakter neurotik
    • Gangguan berat
Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang dikatakan normal atau sehat adalah ketika ia memiliki keadaan yang positif yang ditandai dengan dapat menyesuaikan diri baik terhadap fisik, mental, serta hubungan dirinya dengan lingkungan sosialnya, sehingga tercipta perasaan puas dan bahagia.

Sumber:
Supratiknya, A. 1995. Mengenal Prilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
Slamet I.S., Suprapti dan Sumarmo Markam. 2005. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-PERSS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer